![]() |
www.bundanara.com |
Banyak faktor penyebab masalah sampah di Indonesia, salah satunya
kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Hal tersebut bisa disebabkan
karena kebiasaan hidup dan budaya masyarakat di Indonesia.
Terkadang pengelolaan sampah rumah tangga masih banyak yang
membuang sampah secara bersamaan artinya sampah organik dan sampah non organik
manjadi satu dan itu membuat lebih susah dalam memilah sampah.
Belum lagi sampah organik yang di hasilkan
dari pasar dan restoran maupun pemilik usaha catering sangat banyak sekali dan apabila
sampah langsung dibuang ke TPA pastinya akan menambah produksi sampah makanan
yang mengasilkan cairan leachate yang berbahaya. Dimana cairan ini bisa mengurangi kualitas tanah
dan air di sekitar sampa. Selain itu, tumpukan sampah organik juga menghasilkan
gas metana, apabilan disimpan dalam kondisi tertutup kekurangan sinar matahari
dan oksigen dapat meledak. Dan sampah organik pun ikut berkontribusi pada emisi
gas rumah kaca dan pemanasan global.
Sejatinya sampah yang dihasilkan dan lingkungan menjadi tanggung
jawab kita semua. Tentunya dari masalah sampah organik ini banyak sekali
penggiat lingkungan yang mengolah sampah menjadi lebih bermanfaat seperti salah
satunya yaitu kompos yang digunakan untuk berkebun. Dan mereka pun dibantu oleh
pemerintah dan pihak swasta.
Semakin banyak penggiat dari kalangan anak muda yang berkontribusi
dalam memecahkan masalah sampah organik ini. Mereka terus melakakukan inovasi
agar bisa manfaat untuk orang-orang sekitar. Semangat para anak muda ini sangat
patut diberikan apresiasi.
Seperti yang di lakukan Arky Gilang Wahab pemuda kelahiran Banyumas, 8 September 1986 karena di tempat
tinggalnya Desa Banjaranyar di Kabupaten Banyumas mengalami darurat sampah sehingga
sampah menjadi menumpuk di beberapa sudut desa sampai menimbulkan bau tak sedap
dan mengganggu aktivitas warga.
Dari hal tersebut diatas Arky mempunyai gagasan untuk desanya
dengan program Sistem Konversi Limbah Organik untuk Menciptakan Ketahanan
Pangan sehingga menjadi lebih bermanfaat. Dan tentunya menjadi peluang bisnis
baru untuk pakan ternak dan ikan yang dihasilkan dari sampah organik berupa
kompos dan maggot.
Dengan Maggot Sampah Organik Lebih Bermanfaat
Karena di Desa tempat tinggal Arky banyak pembudi daya maggot akhirnya
Arky mempelajari lebih mendalam mengenai maggot dari pembudi daya maggot di
dekat tempat tinggalnya. Dan dari situlah dia melihat peluang besar dalam budi
daya maggot sebagai upaya membantu pemerintah dan lingkungan.
Dengan maggot atau larva lalat jenis Black Soldier Fly (BSF), Arky
melihat hal tersebut merupakan salah satu solusi dalam mengolah sampah organik
yang menumpuk di lingkungan tempat tinggalnya.
Maggot adalah larva, atau bisa dibilang belatung orang
mengenalnya. Banyak yang geli dengan bentuknya tapi maggot jelas berbeda dengan
larva lalat biasa maupun lalat hijau. Maggot sendiri dapat mengekstrak energi
dan nutrient dari sisa makanan, sampah sayuran, kotoran, bangkai hewan sebagai
bahan makanannya.
Hal pertama yang dilakukan Arky adalah dengan mengumpulkan sampah
organik untuk diolah menjadi bubur sampah sebagai makanan maggot. Setelah
beberapa waktu, maggot pun siap panen dibagi dua. Yang pertama bisa langsung
dijual ke petani ikan, dan yang kedua dengan dikeringkan untuk kemudian
dijadikan pakan ternak. Selain itu, maggot juga mengubah dan memproses bubur
sampah ini menjadi pupuk organik. Pupuknya bisa langsung dijual oleh Arky
kepada petani setempat.
Apa yang dilakukan oleh Arky tidak hanya membantu mengurangi
masalah sampah yang terjadi di desanya, tetapi sekaligus mengembangkan usaa
pakan ternak/ikan sebagai tambahan mata pencaharian warga.
![]() |
Pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan maggot jauh lebih sehat
dan bagus karena banyak kandungan proteinnya daripada pupuk kimia dan pelet
ternak biasa. Dan harganya pun jauh lebih murah sehingga meringankan beban
perekonomian masyarakat apalagi para petani yang terdampak pandemi Covid-19.
Pemerintah Banyumas sendiri merasa terbantu dengan adanya program
milik Arky, sehingga pemerintah memberikan dukungan berupa tempat pengolahan
bubur sampah yang akhirnya digunakan sebagai tempat pembuangan sampah terpadu
(TPST). Dan jumlah sampah yang harus
dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) berkurang. Dan tidak ada lagi
tumpukan sampah di sudut-sudut desa.
Dan setiap harinya ada 5 ton sampah organik yang dikerjakan oleh
Arky dan timnya. Lalu sampah yang tidak dapat diurai hanya tersisa 30% yang
kemudian berakhir di TPA. Program Arky pun bermitra dengan 30 pembudi daya
maggot dan berhasil membuka lapangan kerja bagi penduduk sekitar, baik di
bidang pengolahan bubur sampah maupun penjualan maggot.
Dari program yang dijalankan Arky banyak meguntungkan banyak pihak diantaranya masyarakat yang sudah tidak terganggu lagi ole bau menyengat dari tumpukan sampah, TPA tidak cepat penuh, dan perekonomian masyarakat pun meningkat.
Upaya yang dilakukan Arky ini tidak luput dari hambatan dan tantangan, tapi Arky mampu membuktikan bahwa dia mampu melewatinya dengan penuh semangat dan keyakinan dalam mewujudkan programnya.
Karena sosok Arky yang masih muda inspiratif di bidang lingkungan,
dan atas upanya yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah sampah di
Kabupaten Banyumas serta mengangkat perekonomian Desa dengan menjalankan
program konversi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan dan menjaga
kelestarian lingkungan, menjadikan Arky menjadi salah satu pemuda penerima
Anugerah Astra Satu Indonesia Awards tahun 2021.
Semoga dengan semangat yang dimiliki Arky mampu menginspirasi lebih banyak pemuda pemudi untuk ikut melestarikan lingkungan dengan ide dan inovasi yang mereka punya sehingga menjadikan Indonesia menjadi lebih baik.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
www.bundanara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar